PERJUANGAN HIDUP ALISHA

Posted by kisah perjalanan alisha - - 13 komentar



ALISHA FIORENZA dengan panggilan ALISHA adalah seorang bayi perempuan yang dilahirkan di salah satu klinik di Pangkalpinang Bangka Belitung pada 17 April 2010 yang merupakan anak ke empat dari pasangan Hermanto dan Heni Ridawati, Warga Jalan Mentok Km 4 Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung.
Sejak pertama dilahirkan ternyata Alisha punya banyak kelainan, diantaranya; (1) Atresia Ani/Bayi Lahir Tanpa Anus, (2) Atresia Esophagus di mana kerongkongan dan lambungnya tidak tersambung (terputus), (3) Atelektasis dimana jantungnya begerak ke kanan dan letaknya sudah berhimpitan dengan paru-paru sebelah kanan, dan (4) CLOACA”, yaitu kelainan yang terjadi pada saluran kencing, saluran rahim dan saluran BAB yang tidak memiliki sekat pemisah satu sama lainnya atau disebut Common Chanel.


Alisha di Klinik Idil  Fitri Pangkalpinang Bangka Belitung
(Foto diambil, 17 April 2010)

Atresia Ani/Bayi Lahir Tanpa Anus
Atresia berarti buntu, atresia ani merupakan suatu kelainan malinformasi kongenital dimana tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada bagian anus atau tertutupnya anus secara abnormal atau dengan kata lain tidak ada lobang secara tetap pada anus. Menurut berbagai literatur, terjadinya anus imperforata karena kelainan kongenital dimana saat proses perkembangan embrionik tidak pada proses perkembangan anus dan rectum. Dengan kata lain, atresia ani terjadi karena tidak sempurnanya migrasi dan perkembangan struktur kolon antara 7-10 minggu selama perkembangan janin.
Atresia ani yang terjadi pada Alisha diketahui secara kebetulan oleh tim medis Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang setelah 2 hari Alisha dilahirkan. Ketika di Klinik bersalin, Alisha sering muntah-muntah dan mengeluarkan cukup banyak lendir dari mulutnya. Kami selalu meminta penjelasan kepada Dr. Budi, yang ketika itu sebagai dokter spesialis anak yang menangani Alisha. Namun, Dr. Budi tidak dapat memberikan penjelasan, melainkan hanya memberikan rekomendasi agar Alisha segera dirawat di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang. Hari itu juga kami membawa Alisha ke Rumah Sakit yang dimaksud dan langsung diperiksa di ruangan Nusa Indah, khususnya di NICU Perina dengan peralatan yang serba terbatas.
Ketika  tim perawat melakukan pemeriksaan suhu tubuh Alisha, ternyata ditemukan Alisha tidak memiliki Anus. Kami sangat terkejut melihat yang di alami Alisha. Tidak ada pilihan lain kecuali tindakan operasi yang harus segera dilakukan terhadap Alisha. Sebelum dilakukan operasi, Alisha diperiksa dengan ronsen, ternyata sambungan usus dan lubang anusnya tidak bersambung dan berjarak lebih dari 0.5 mm sehingga operasi yang akan dilakukan adalah berupa pembuatan anus sementara, yang letaknya di samping perutnya.
Pada 19 April 2010 operasi pembuatan anus sementara (colostomy) Alisha dilakukan. Direncanakan setelah beberapa waktu, yaitu pada saat  kondisi Alisha sudah memungkinkan atau lebih dari satu tahun, operasi ke 2 akan dilakukan yang berupa pembuatan lubang anus atau penyambungan usus dengan lubang anus.
Alisha pasca operasi pembuatan anus sementara di Ruang Nusa Indah Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang Bangka Belitung (Foto di ambil, 23 April 2010)

Atresia Esophagus
Atresia esofagus merupakan suatu kelainan bawaan yang terjadi di mana kerongkongan dan lambungnya tidak tersambung (terputus).  Atresia esofagus dapat terjadi bersama fistula trakeoesofagus (FTE), yaitu kelainan kongenital dimana terjadi persambungan abnormal antara esofagus dengan trakea. Atresia esofagaus sering disertai kelainan bawaan lain, seperti kelainan jantung, kelainan gastroin testinal (atresia duodeni atresiasani), dan kelainan tulang (hemivertebrata).
Kasus yang terjadi pada Alisha adalah Atresia esofagus dengan fistula trakeoesofagus. Bahkan Atresia esofagaus pada Alisha juga disertai dengan kelainan pada jantung (Atelektasis) dan tulang dada sebelah kanan yang tumbuh tidak normal. Dengan memperhatikan kondisi Alisha ini, Dr. Helpfiani, SPA yang bertugas pada saat itu di Rumah Sakit Bakti Timah memberikan rujukkan ke RSCM Jakarta agar dapat segera dioperasi. Namun setelah dilakukan kontak via telepon oleh Dr. Helfiani, SPA dengan RSCM (Dr. Rinawati, SPA, Kepala Divisi Perinatologi RSCM) ternyata Alisha belum bisa diterima dengan alasan kamar penuh dan antrian operasi, padahal Alisha harus segera dioperasi karena  kondisinya semakin kritis, bahkan sudah sangat terlambat di bawa ke Jakarta. Pada situasi yang sulit ini, Dr. Helfiani, SPA memberikan rujukan kepada salah satu rumah sakit swasta, yaitu RSIA Hermina Jatinegara di Jakarta dengan maksud agar Alisha dapat tertangani secepatnya.
Pada 25 April 2010 tepatnya jam 18.00 Wib, Alisha dibawa ke Jakarta dengan maskapai Sriwijaya. Sebelumnya Alisha sempat ditolak oleh pilot maskapai Sriwijaya dengan alasan masih berumur kurang dari 1 minggu sehingga dianggap memiliki resiko yang tinggi apabila dibawa ke Jakarta. Akibatnya, Alisha dibawa kembali lagi ke Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang sambil menunggu keputusan dan penjadwalan penerbangan maskapai Sriwijaya yang lainnya. Setelah 4 jam menunggu di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang, baru Alisha diperkenankan oleh pilot maskapai Sriwijaya untuk dibawa ke Jakarta pada penerbangan terkahir.
Penerbangan dari Pangkalpinang ke Bandara Soekarno-Hatta Jakarta telah ditempuh sekitar 50 menit. Dengan bantuan ambulan Bandara Soekarno-Hatta, Alisha dibawa ke RSIA Hermina Jatinegara Jakarta untuk dilakukan pemeriksaan pada malam tersebut. Pagi senin, 26 April 2010 hasil pemeriksaannya diperoleh, selanjutnya Dr. Sastiono (ahli bedah) menjelaskan bahwa Alisha terdapat kelainan dimana saluran makannya buntu atau dalam istilah kedokteran disebut Atresia Esophagus. Kondisi ini  mengharuskan adanya tindakan operasi secara khusus, yang dijadwalkan paling lambat jam 14.00 Wib.  Menurut Dr. Sastiono tidak ada pilihan lain untuk memberikan peluang hidup kepada Alisha kecuali melalui Operasi dan Berdoa.
Setelah memperhitungkan perkiraan biaya operasi dan perawatan  Alisha  yang sangat besar, dengan sangat terpaksa rencana tindakan operasi tersebut saya tolak pada jam 10.00 Wib dengan menyampaikannya kepada Dr. Rudi (Kepala Ruang ICU RSAI Hermina Jatinegara) karena alasan ketidakmampuan kami untuk membiayai perawatan dan pengobatan Alisha yang sangat besar tersebut. Kami hanya dapat berserah diri kepada Yang Maha Kuasa pada saat itu karena kami tidak mampu lagi untuk membiayai operasi dan perawatan Alisha. Walaupun ketika itu kami menyadari bahwa ada satu peluang untuk berusaha menyelamatkan Alisha, namun terkendala dengan persoalan keuangan yang tidak mampu kami atasi pada saat itu.
Keputusan menolak tindakan operasi dan berkeinginan untuk membawa pulang Alisha ke Pangkalpinang Bangka Belitung merupakan keputusan yang sangat irasional karena itu sangat bertentangan dengan bathin kami, bahkan kesedihan yang mendalam pada saat itu tidak dapat kami sembunyikan. Persiapan untuk membawa pulang Alisha pada 27 April 2010, diawali dengan meminta bantuan RSIA Hermina Jatinegara untuk memfasilitasi mempersiapkan ambulan guna membawa Alisha ke Bandara Soekarno-Hatta. Sementara itu, saya mencarikan tiket penerbangan maskapai Sriwijaya untuk membawa Alisha Pulang ke Pangkalpinang karena hanya maskapai tersebut yang menyediakan oksigen yang dapat dipergunakan oleh Alisha selama 50 menit penerbangan dari Jakarta-Pangkalpinang.
Dalam perjalanan mencari tiket pesawat Sriwijaya, Dr. Rudi menelpon saya sekitar jam 11.30 Wib untuk mempertahankan Alisha agar jangan dibawa pulang ke Pangkalpinang dengan alasan Tim Dokter terutama Dr. Sastiono (ahli bedah) akan memberikan bantuan keringanan untuk pembayaran jasanya. Tanpa berpikir lama saya kembali lagi ke RSIA Hermina Jatinegara untuk meminta agar Alisha segera dioperasi, meskipun Tim dokter sudah menjelaskan bahwa operasi tersebut memiliki resiko yang sangat tinggi, tetapi hanya itu pilihannya.
Pada saat operasi sedang berjalan, saya dipanggil oleh Dr. Rinawati, SPA sebagai dokter anak yang menangani Alisha di RSIA Hermina Jatinegara. Menurut penjelasan Dr. Rinawati, SPA, kasus yang dihadapi Alisha membutuhkan biaya yang sangat besar, bisa lebih dari Rp. 200 juta  mulai dari operasi sampai perawatan dan pengobatan pasca operasi. Namun demikian    Dr. Rinawati, SPA akan membantu untuk meringankan beban ini dengan cara memindahkan Alisha ke RSCM apabila kondisinya mulai membaik pasca operasi.
Tepat jam 20.15 Wib, saya dipanggil ke kamar operasi, dan disitu sudah menunggu Dr. Sastiono untuk memberikan penjelasan kepada saya bahwa operasi baru selesai dan Alisha selamat. Tetapi hasil operasi ini belum tentu seperti yang diharapkan karena menurut Dr. Sastiono banyak kemungkinan yang bisa terjadi pada Alisha pasca operasi, seperti infeksi total dalam tubuh atau kemungkinan yang paling terburuk dapat terjadi. 
Alisha terus dirawat secara intensif di ruangan ICU RSAI Hermina Jatinegara. Berdasarkan pemeriksaan kamis, 29 April 2010 infeksi yang terjadi dalam tubuh Alisha sangat tinggi mencapai 170 crp (normal < 6 crp) sehingga tindakan pemberian antibiotik yang terbaik harus diberikan, yang harganya mencapai lebih dari Rp. 1 juta. Demikian halnya  pemberian protein dengan menggunakan Albumin, yang harganya per 25 cc lebih dari Rp. 500 ribu juga telah dilakukan beberapa kali. Bahkan kamis malam sekitar jam 22.00 Wib, juga dilakukan tranfuse darah.

  Alisha pasca operasi di Ruang ICU Lt 4  RSIA Hermina di Jatinegara jakarta
(Foto diambil, 29 April 2010)

Walaupun beban yang dihadapi ini cukup berat, tetapi kami yakin bahwa Allah SWT pasti akan memberikan kemudahan bagi kami dalam memperjuangkan keselamatan hidup Alisha.  Ketika hari menjelang sore, yaitu sekitar jam 15.00 WIB  kondisi Alisha masih sangat kritis. Menurut Dr. Sastiono, paru-paru sebelah kanan Alisha belum berkembang secara normal sehingga Alisha belum bisa melepaskan mesin oksigennya (ventilator), meskipun penggunaan alat tersebut sudah jauh berkurang atau sekitar 21% dan sisanya merupakan hasil pernapasan Alisha sendiri.
Dengan memperhatikan perkembangan Alisha saat itu, menurut   Dr. Sastiona peluang hidup Alisha sekitar 50%. Bahkan saat itu belum dipikirkan tindakan subtantif yang akan dilakukan lagi terhadap Alisha, melainkan hanya perawatan dan pengobatan untuk mengembalikan kondisi normal pasca operasi.
Tentu tidak sedikit biaya yang diperlukan untuk menyelamatkan hidup Alisha. Tetapi semuanya adalah kehendak dari Yang Maha Kuasa, walaupun kami sudah tidak mampu lagi karena biaya yang harus dikeluarkan ternyata banyak sekali untuk ukuran hidup kami sekeluarga.  Saat ini yang hanya bisa kami lakukan adalah  berserah diri kepada Allah SWT dengan berdoa kepadaNYA;  “Ya Allah, aku serahkan persoalan hidup ini hanya pada Engkau.  Tidak ada daya upaya kami selain karena pertolonganMu".
Alisha di Ruang ICU Lt 4  RSIA Hermina di Jatinegara jakarta
(Foto diambil, 30  April 2010)

 Alisha mulai membuka matanya di ruangan NICU RSAI Hermina Jatinegara
 (Foto diambil,1 Mei 2010, jam 11.00 Wib)

Pada Sabtu siang (1 Mei 2010) ketika saya memasuki pintu ruangan ICU terlihat Alisha masih terbaring tidur. Saya mendekatinya dan memanggilnya dengan kata-kata “ Alisha papa datang nak…., coba Alisha buka matanya papa mau lihat”. Ternyata Alisha membuka matanya cukup lama, yang sebelumnya tidak pernah dia lakukan selama pasca operasi di RSIA Hermina Jatinegara.
Pada saat itu terlihat dari mata dan raut wajah Alisha terpendam suatu ungkapan meminta pertolongan atas apa yang dialami dirinya saat itu. Saya begitu memahami penderitaan Alisha, tetapi saya tidak bisa berbuat apa-apa hanya bisa meneteskan air mata, dan berdoa semoga Tuhan memberikan pertolongan kepadanya. Saya mencoba terus berkomunikasi dengan Alisha dan diapun mendengarkannya. Saat itu saya katakan kepadanya “Alisha harus kuat nak.., Tuhan pasti menolong Alisha….dan papa akan selalu mendampingi Alisha..”.  
Ungkapan saya didengar oleh Alisha dengan pandangan mata dan wajah yang sendu, dan bahkan sepertinya ada dorongan yang kuat dalam dirinya untuk berjuang tetap bisa hidup. Namun semuanya kembali kepada Yang Maha Kuasa, kita sebagai manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, namun hasilnya Allah SWT yang menentukan.

Alisha setelah mendengarkan ungkapan hati papanya di ruangan NICU
RSAI Hermina Jatinegara (Foto diambil, 1 Mei 2010, jam 11.15 Wib)

Walaupun kondisi Alisha pasca operasi 26 April 2010 belum seperti yang diharapkan, namun perkembangannya sudah menunjukkan tanda-tanda membaik, seperti penggunaan mesin oksigen (ventilator) sekitar 21%, berarti 79% Alisha sudah menggunakan pernapasannya sendiri. Demikian halnya autosirkulasi menunjukkan angka yang relatif stabil berkisar 93%-94%. Perkembangan seperti ini membuat Dr. Rinawati, SPA berkeinginan membantu memindahkan Alisha ke RSCM untuk meringankan membiayaan perawatan pasca operasi. Menurut Dr. Rinawati, SPA jika kondisi Alisha terus membaik sampai hari Minggu 2 Mei 2010, berarti Alisha sudah bisa dipindahkan ke RSCM.
Penjelasan  Dr. Rinawati, SPA tersebut membuat saya pada hari Sabtu 1 Mei 2010 datang ke RSCM, berupaya mencarikan ruangan di Perina untuk Alisha. Namun pada hari itu semua ruangan sudah penuh. Diharapkan hari Senin (3 Mei 2010) ruangan untuk Alisha akan tersedia. Namun pada Minggu 2 Mei 2010 sekitar jam 10.30 WIB, saya menerima telepon dari Dr. Rinawati, SPA yang menyebutkan bahwa kondisi Alisha memburuk sehingga belum bisa dipindahkan ke RSCM. Mendengar informasi tersebut saya langsung bergegas menuju ke ruangan ICU tempat dimana Alisha dirawat. Tampak di ruangan tersebut Dr. Muntahar, asisten dari Dr. Sastiono sedang melakukan tindakan terhadap Alisha.
Setelah menunggu + 45 menit,  Dr. Muntahar keluar dari ruangan ICU dan langsung menemui saya untuk menyampaikan bahwa kondisi Alisha kurang baik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Upaya untuk memulihkannya, telah dilakukan tindakan pergantian selang pembuangan cairan dari lubang bekas operasi di samping dada kanan Alisha. Menurut Dr. Muktahar keberhasilan tindakan tersebut akan diobservasi setelah 2 jam melalui foto ronsen. Pada malam harinya sekitar jam 19.30 WIB hasil foto ronsen sudah selesai, namun belum dapat dijelaskan secara detail karena harus menunggu dokter ronsennya.
Senin pagi (3 Mei 2010), terlihat kondisi Alisha relatif stabil, tetapi mesin oksigen (ventilator) yang digunakan telah dinaikkan dari 21% menjadi 100%. Tentu kondisi seperti ini tidak diharapkan, namun itulah yang terjadi pada Alisha saat ituBahkan. keesokan harinya, Selasa (4 Mei 2010), sekitar jam 09.15 WIB  Dr. Rinawati, SPA menjelaskan via telepon bahwa kondisi Alisha semakin memburuk sehingga perlu dilakukan tindakan operasi lagi.  Selanjutnya,            Dr.  Rinawati, SPA mengatakan bahwa “saya akan berusaha membantu bapak dalam hal menghadapi kesulitan pembiayaan, dengan cara membicarakan dengan pihak manajemen RSIA Hermina agar bapak dapat diberikan keringanan dalam pembiayaan operasi ini ”.
Rencana tindakan operasi Alisha yang ke 3 tetap di lakukan di RSIA Hermina Jatinegara karena saat itu Alisha belum dapat di pindahkan ke RSCM bahkan Dr. Rinawati, SPA menegaskan “Jika saya pindahkan Alisha saat ini ke RSCM berarti saya membunuh Alisha”. Mendengar pernyataan itu meskipun ruangan Perina di RSCM sudah tersedia untuk Alisha berdasarkan informasi yang diperoleh pada Senin pagi (3 Mei 2010), namun dengan sangat terpaksa Alisha belum dapat dipindahkan ke RSCM.



Kondisi Alisha semakin memburuk pasca operasi di ruangan
NICU RSAI Hermina Jatinegara Jakarta (Foto diambil, 4 Mei 2010)

Dengan kondisi Alisha yang semakin menyedihkan tersebut, Dr. Rinawati, SPA telah memberikan tindakan berupa tranfuse darah kepada Alisha karena Hbnya sangat rendah. Demikian halnya tranfuse darah putih sebanyak 3 kali di tambah dengan pemberian Albumin juga telah dilakukan. Diharapkan tindakan ini akan membuat kondisi Alisha akan membaik dan siap untuk dilakukan operasi yang ke 3 .
Tidak lama selang waktu di ruangan ICU, saya menelpon Dr. Sastiono untuk mendapatkan penjelasan mengenai kondisi Alisha. Melalui pembicaraan ditelepon  Dr. Sastiono menyebutkan bahwa Alisha harus di operasi lagi untuk mengetahui penyebab paru-paru kanannya belum bisa berkembang secara optimal pasca operasi. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa persoalan Alisha tidaklah sederhana, bahkan sangat komplek.
Menjelang sore harinya (Selasa 4 Mei 2010), sekitar jam 18.00 WIB saya bertemu dan berkonsultasi langsung dengan Dr. Sastiono di ruangan ICU. Menurut  Dr. Sastiono memburuknya kondisi Alisha tersebut dapat disebabkan terjadinya kebocoran kecil atau besar di penyambungan antara saluran makan dan lambung yang telah  dilakukan pada operasi sebelumnya. Hal ini merupakan salah satu penyebab paru-paru Alisha sebelah kanan tidak dapat berkembang secara optimal. Jika kondisi ini terus dibiarkan maka paru-paru Alisha akan rusak sehingga Alisha tidak dapat bernapas lagi.
Selanjutnya, Dr. Sastiono meminta persetujuan saya untuk melakukan tindakan operasi lagi terhadap Alisha. Hal ini tentunya cukup berat bagi Alisha yang sudah 2 kali operasi sejak dilahirkan pada 17 April 2010. Meskipun demikian masih terdapat harapan jika kebocoran yang terjadi kecil maka Tim dokter akan membiarkan kondisi Alisha seperti itu atau menunggu dalam waktu yang tidak terlalu lama sampai kebocoran tersebut dapat menutup sendiri. Tetapi sebaliknya, jika  kebocoran yang terjadi besar, maka pilihannya adalah tindakan operasi apabila kondisi Alisha sudah memungkinkan.
 Alisha dengan usus besar keluar dan jantung berhimpitan dengan
paru-paru sebelah kanan di ruangan NICU RSAI Hermina Jatinegara Jakarta
(Foto diambil, 14 Mei 2010)

Pada 14 Mei 2010, pemeriksaaan terhadap Alisha dengan mengunakan alat ronsen menunjukkan hasil yang kurang baik dimana jantungnya begerak ke kanan dan letaknya sudah berhimpitan dengan paru-paru sebelah kanan atau istilah kedokterannya disebut Atelektasis. Selain itu, usus besarnya keluar kearah samping perut kiri, yang sebelumnya merupakan anus sementara yang dibuat pada operasi pertama pada 19 April 2010 di RS Bakti Timah Pangkalpinang Bangka Belitung.
Operasi ke tiga telah dilakukan pada 17 Mei 2010 dan Alisha selamat dalam menjalaninya selama 4.5 jam (dari jam 15.30-20.15 Wib) di RSIA Hermina Jatinegara. Tindakan operasi yang dilakukan adalah berupa pemotongan kembali sambungan antara saluran makan dan lambung yang sudah tersambungkan pada operasi sebelumnya. Kemudian dibuat saluran baru ke arah lambung dengan cara membuat lubang di perutnya, yang berfungsi sebagai saluran tempat makan dan minum. Untuk memasukkan makanan dan minuman yang diperlukan oleh Alisha akan dilakukan dari luar dengan selang. Artinya, sementara waktu saluran makan ke lambung tidak dilakukan melalui mulut tetapi dilakukan dari luar (perut) melalui bantuan selang.
Sementara sambungan pada saluran makannya yang telah dioperasi sebelumnya dikeluarkan dan diletakkan disamping lehernya, yang berfungsi sebagai saluran pembuangan cairan. Jika tindakan operasi ini berhasil dan tidak menimbulkan masalah-masalah lain maka setahun kemudian Alisha akan dioperasi lagi untuk mengembalikan saluran makan dan lambungnya agar tersambung seperti pada orang yang normal. 

Alisha pada kondisi Pasca Operasi Ke Tiga  di ruangan NICU RSAI Hermina Jatinegara Jakarta (Foto diambil,17 Mei 2010, jam 21.00 Wib)

Selanjutnya usus yang keluar sudah dimasukkan dengan cara memindahkan anus sementara tersebut pada posisi lain (sekitar 5 mm diatas posisi lama) melalui proses pembedahan. Tetapi yang mengagetkan pada operasi ke tiga tersebut ternyata Tim dokter menemukan kelainan lain yang sangat komplek pada Alisha, yang istilah kedokterannya di sebut “CLOACA”, yaitu kelainan yang terjadi pada saluran kencing, saluran rahim dan saluran BAB yang tidak memiliki sekat pemisah satu sama lainnya atau disebut Common Chanel.
Menurut Dr. Sastiono kasus yang ditemukan pada Alisha ini merupakan TERBERAT yang pernah dia temukan. Khusus untuk kelainan, seperti CLOACA yang terjadi pada Alisha, akan dilakukan tindakan setelah Alisha berumur 1 tahun. Namun kelainan pada ATRESIA ESOPHAGUS dan ATRESIA ANI sudah diambil tindakan melalui operasi, walaupun hasilnya masih belum seperti yang diharapkan, bahkan masih harus menempuh beberapa kali operasi untuk mengupayakan Alisha seperti bayi normal lainnya.

Alisha masih terus berjuang mengakhir penderitaannya di ruangan NICU RSAI Hermina Jatinegara Jakarta (Foto diambil, 19 Mei 2010)

Pasca operasi ke tiga terlihat kondisi Alisha terus membaik sehingga pada  29 Mei 2010 sekitar jam 14.00 Wib, Alisha sudah dipindahkan dari ruang ICU ke ruang Perina Non Infeksi. Bahkan pada 15 Juni 2010 Alisha sudah keluar dari RSIA Hermina Jatinegara dengan beberapa persyaratan dari pihak managemen Hermina karena pembiayaannya hanya mampu dibayarkan oleh kami sekitar 50% dari keseluruhan biaya perawatan sebesar Rp. 175.041.109,- (Seratus tujuh puluh lima juta empat puluh satu ribu seratus sembilan rupiah). Sisanya sebesar  Rp. 87.591.109,-(Delapan puluh tujuh juta lima ratus sembilan puluh satu ribu seratus sembilan rupiah) harus dibayarkan kemudian dalam waktu 60 hari, terhitung sejak 15 Juni 2010.
                      Alisha Sesaat Menjelang Keluar dari RSIA  Hermina Jatinegara Jakarta
(Foto diambil, 15 Juni 2010, Jam 17.20 Wib)

 Sejak Alisha berada di Pangkalpinang (23/6/ 2010), terlihat perkembangan Alisha dari waktu ke waktu sangat mengembirakan, bahkan pada 28 Juni 2010 Alisha sudah banyak seyum ceria. Namun keceriaan Alisha tidak berlangsung lama. Di awal bulan Juli kondisi Alisha mulai menurun karena setiap minum susu lewat selang di perutnya, yang berjumlah 75 cc setiap tiga jam atau 8 kali sehari ternyata Alisha mulai mengalami kesulitan bernapas, bahkan sering pingsan (tidak sadar diri) dalam beberapa menit. Setelah berkonsultasi dengan Dr. Rinawati SPA via telepon di Jakarta, kami mencoba mengurangi jumlah minum susu, yang semula 75 cc per tiga jam menjadi 60 cc per tiga  jam. Namun kondisinya juga tidak berubah dimana Alisha tetap sulit bernapas ketika diberikan minum susu.

 Alisha  berada di Pangkalpinang dengan kondisi semakin baik
(Foto diambil, 28 & 30 Juni  2010)

Melihat kondisi Alisha seperti itu, kami mencoba membawanya ke          Dr. Helfiani, SPA ke tempat prakteknya di Girimaya Pangkalpinang. Berdasarkan pemeriksaan dan konsultasi Dr. Helfiani, SPA dengan Dr, Rinawati SPA di Jakarta via Telepon, nampaknya belum diketahui secara pasti penyebab Alisha sulit bernapas ketika diberi minum susu. Dr. Helfiani hanya memberikan obat batuk karena Alisha juga mengalami batuk ketika itu.
Waktu terus berjalan dan Alisha semakin sulit diberikan minum susu, bahkan sampai minggu ke dua bulan Juli 2010, susu yang diberikan kepada Alisha sudah banyak berkurang, bahkan sampai 20 cc per tiga jam. Kondisi ini akan berdampak buruk terhadap perkembangan pertumbuhan Alisha. Karena itu, pada 18 Juli 2009 jam 23.00 Wib, Alisha mendadak pingsan ketika diberikan minum susu, bahkan selang makan yang terletak diperutnya juga lepas. Dengan kondisi seperti ini Alisha langsung dibawa ke UGD RSUD Pangkalpinang untuk di segera diambil tindakan. Ketika sampai di UGD, dokter jaga yang bertugas pada saat itu langsung meminta bantuan via telepon kepada Dr. Retmal (Ahli bedah Umum) dan Dr. Helfiani, SPA  untuk datang ke UGD membantu Alisha, yang kondisinya semakin kritis. 
Pada malam itu di ruangan UGD nampak sangat sibuk membantu         Dr. Retmal memberikan tindakan terhadap Alisha. Alhamdullilah malam itu, Alisha masih bisa diselamatkan dan langsung dirawat inap di  ruangan Utama Anak. Selama 5 hari Alisha  dirawat intensif  di RSUD Pangkalpinang, namun perkembangannya belum seperti yang diharapkan karena terkendala masih terbatasnya peralatan, obat serta tenaga dokter ahli yang dapat menangani kasus seperti yang dialami Alisha. Untuk itu, Dr. Helfiani dan Dr. Rinawati, SPA sepakat untuk membawa Alisha ke RSCM  Jakarta untuk dirawat intensif karena diduga kemungkinan terdapat masalah lain pada Alisha sehingga perlu dilakukan pemeriksaan secara komprehensif di RSCM Jakarta.

Kondisi Alisha di RSUD Pangkapinang yang sedang dipuasakan dari minum susu (Foto diambil, 22 dan 24 Juli 2010)

Walaupun telah dicapai kesepakatan untuk membawa Alisha ke RSCM, namun kami sebagai orang tua dari Alisha sudah tidak mampu lagi membiayai pengobatan dan perawatan Alisha. Apalagi biaya pengobatan dan perawatan Alisha  di RSIA Hermina Jatinegara belum dapat kami lunaskan, bahkan kami masih terus berupaya mencari berbagai bantuan untuk melunasinya. Dengan kondisi seperti ini, tidak ada jalan lain selain meminta bantuan kepada Pemerintah Kabupaten Bangka melalui Program Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA) atau dikenal sebagai Jaminan Kesehatan Sepintu Sedulang (JKSS).
Dengan adanya program JKSS tersebut, kami sebagai Penduduk Kabupaten Bangka, telah merasakan sangat besar manfaatnya terutama dalam mengatasi ketidakmampuan kami untuk membiayai pengobatan dan perawatan Alisha yang sangat besar. Setelah diperolehnya kartu dan surat jaminan untuk Alisha sebagai peserta JKSS Kabupaten Bangka, maka pada 24 Juli 2010, Jam 14.30 Alisha di berangkatkan yang kedua kalinya ke Jakarta dengan menggunakan maskapai Sriwijaya. Sekitar jam 15.30 Alisha sampai di bandara Soekarno-Hatta Jakarta dan langsung di bawa ke RSCM dengan menggunakan ambulan bandara. Setelah sampai di RSCM (jam 17.00 Wib), Alisha langsung di bawa ke UGD dan kemudian dibawa ke ruangan Perina NICU lt 3 RSCM untuk dirawat secara intensif.
Kondisi Alisha saat di rawat intensif di ruang Perina NICU Lt 3 RSCM Jakarta
(Foto di ambil, 26 Juli dan 2 Agustus 2010/sebelum operasi ke 4)

Selama kurang lebih satu minggu di ruangan Perina NICU, perawatan dan pemeriksaan secara intensif terhadap Alisha telah dilakukan. Hasil pemeriksaan Alisha dengan menggunakan alat Gastrografi dan Flourskopi, ternyata  ditemukan adanya saluran penghubung antara lambung dan saluran pernapasannya, yang selama ini telah menyebabkan Alisha sulit bernapas ketika diberikan minum susu karena cairan susu tersebut masuk ke saluran pernapasannya. Untuk itu, pada 2 Agustus 2010, jam 12.00-17.00 Wib operasi yang ke 4 telah dilakukan dengan lancar terhadap Alisha, yaitu berupa  pemotongan saluran penghubung antara lambung dan pernapasannya.
Pasca operasi ke 4 (3/8/2010), nampak kondisi Alisha masih belum stabil dengan  Hb yang rendah sehingga tranfusi darah masih terus dilakukan.  Pemberian protein dengan menggunakan Albumin sebanyak 25 cc telah dilakukan sebanyak dua kali. Bahkan penggunaan mesin oksegen (ventilator) juga masih terus dilakukan, meskipun masih tersisa sekitar 25%.

Alisha sesaat setelah operasi yang ke 4 di RSCM Jakarta,
(Foto diambil, 2 Agustus 2010 Jam 18.00 Wib)

Kondisi Alisha pasca operasi ke 4 di Rg. Perina NICU Lt 3 RSCM Jakarta (Foto diambil, 4 dan 7 Agustus 2010)

Pada 9 Agustus 2010 terlihat kondisi Alisha semakin terus membaik. Bahkan menurut Dr. Rinawati, SPA perkembangan Alisha cukup mengembirakan karena paru-parunya sudah mulai berkembang dengan baik, Hbnya normal serta pengggunaan mesin oksigen (ventilator) semakin berkurang atau sekitar 21%. Bahkan pada 14 Agustus 2010, dengan kondisi Alisha yang semakin baik sehingga mesin oksigen dilepaskan dan Alisha di pindahkan ke ruangan SCN 1 Perina RSCM.

 Kondisi Alisha pasca operasi ke 4 di Rg. SCN 1 Perina  Lt 3 RSCM Jakartan (Foto diambil, 14  Agustus 2010)

Meskipun kondisi Alisha diawal bulan Agustus 2010 menunjukkan tanda-tanda mulai membaik, namun pada 17 Agustus  2010, kondisi Alisha mulai menurun lagi. Hal ini terlihat dari infeksi yang terjadi di dalam tubuhnya terus semakin tinggi.
Kondis Alisha mulai memburuk pasca operasi ke 4 di Rg SCN 1
 Lt 3 RSCM Jakarta (Foto diambil, 17 Agustus 2010)

Hari ke hari kondisi Alisha semakin menurun. Fungsi paru-parunya juga terus menurun sehingga pada akhir Agustus  2010 Alisha dipindahkan kembali ke ruangan NICU Perina dengan kondisi yang sangat kritis. Penggunaan mesin oksigen (ventilator) semakin meningkat dari 30% menjadi 100% dalam rentang waktu cukup lama. Menurut Tim Dokter pengunaan mesin oksigen yang terlalu lama pada Alisha tersebut akan berdampak negatif terutama terhadap pita suaranya.
Salah satu upaya untuk menyelamatkan pita suara Alisha, maka dilakukan tindakan operasi trakeostomy pada 14 Oktober 2010, yaitu pembuatan lubang pada leher Alisha guna menempatkan canul mesin oksigen (ventilator) di lehernya. Tindakan ini merupakan operasi yang ke 5 yang berlangsung selama kurang lebih 2 jam.
Walaupun Alisha selamat dalam operasi tersebut, namun, setelah beberapa hari  pasca operasi, kondisi Alisha menurun secara drastis, dimana mata dan tubuhnya mulai kuning disertai dengan naik turunnya suhu tubuh. Hal ini karena infeksi yang tinggi telah terjadi di perut Alisha. Oleh karena itu, Alisha mulai dipuasakan minum susu untuk beberapa hari, disamping dilakukannya tindakan pemberian antibiotik dan konsul dengan berbagai tim dokter ahli lainnya.
 Kondisi Alisha pasca operasi ke 5 di Rg. Perina NICU Lt 3 RSCM Jakarta
(Foto diambil, 30  Oktober 2010, Jam 13.00 Wib)
Menjelang akhir Oktober 2010 kondisi Alisha sudah mulai berangsur membaik dan relatif stabil. Penggunaan mesin oksigen (ventilator) sudah mulai menurun ke level yang lebih rendah, yaitu berkisar antara  21-30%. Pemberian minum susu juga mulai dilakukan secara bertahap dengan jumlah terbatas. Disisi lain saya masih terus berusaha mencari berbagai bantuan, untuk melunasi sisa pembayaran pengobatan dan perawatan Alisha ketika di RSIA Hermina Jatinegara. Alhamdulillah, awal November 2010 sisa pembayaran di RSIA Hermina Jatinegara dapat dilunaskan dengan adanya bantuan dari berbagai pihak antara lain; (1) Pemerintah Kabupaten Bangka, (2) PT. Timah, Tbk., di Pangkalpinang (3) PT. Aneka Tambang Jakarta, (4) PT. Askes Persero Jakarta, (5) PT. Kobatin di Koba Bangka Tengah, (6) PT. Pertamina di Jakarta. Hanya ucapan terima kasih yang dapat kami sampaikan kepada berbagai pihak atas segala bantuannya kepada kami untuk melunasi sisa pembayaran di RSIA Hermanina Jatinegara.
Pada 8 November 2010 kondisi Alisha semakin memburuk. Menurut tim dokter, jantung Alisha sudah semakin melemah, ginjalnya sudah tidak berfungsi lagi, bahkan darahnya juga mengandung banyak keasaman. Demikian pula Penggunaan mesin oksigen (ventilator) telah dinaikkan ke level 100% dengan kondisi sekujur tubuh yang mulai membengkak dan sangat pucat. 
Melihat kondisi Alisha yang semakin memburuk, istri saya (Henni Ridawati) yang selalu setia selama ini mendampingi Alisha di RSCM Jakarta, langsung menelpon saya untuk segera datang ke Jakarta. Namun, ketika itu saya bersama beberapa orang teman masih berada di luar kota (Muntok Kabupaten Bangka Barat), yaitu sekitar 120 Km dari Kota Pangkalpinang. Dengan memperhitungkan posisi yang berada diluar kota serta waktu yang hampir menjelang sore,  akhirnya saya memutuskan untuk berangkat ke Jakarta pada hari berikutnya (9 November 2010) dengan menggunakan maskapai Sriwijaya pada jam 6.45 Wib.
Dalam perjalanan ke kota Pangkalpinang, perasaan ini sudah mulai tidak enak, bahkan sepanjang perjalanan saya ke kota Pangkalpinang wajah Alisha selalu terbayang, sehingga tanpa terasa air mata pun menetes karena terharu melihat penderitaan yang telah dialami oleh Alisha dalam hidupnya. Sore harinya saya sudah tiba di rumah dan langsung saya sampaikan informasi tentang kondisi Alisha kepada anak-anak. Kesedihan sangat terlihat diwajah anak-anak ketika mendengar kondisi Alisha tersebut, tetapi semuanya menyadari bahwa ini terjadi karena atas kehendak Allah SWT. 
Senin tengah malam (8 November 2010), saya berdoa Allah SWT dengan penuh kepasrahan dan berlinang air mata memohon kepadaNya agar kami diberikan jalan yang terbaik. Bahkan di hati kami yang paling dalam, telah menerima dengan ikhlas apapun yang terjadi terhadap Alisha saat itu. Keesokkan harinya (9 November 2010) saya berangkat ke Jakarta, alhamdullilah pagi jam 9.30 Wib saya sudah berada di ruangan NICU perina  RSCM, tempat dimana selama ini Alisha dirawat.
Melihat kondisi Alisha yang semakin memburuk, sementara upaya secara medis  tidak ada lagi yang dapat dilakukan, maka kami hanya dapat berserah diri semoga Alisha dapat diberikan jalan yang terbaik oleh Allah SWT. Untuk itu, beberapa saat menjelang ajal menjemput Alisha, istri saya meminta kepada tim dokter agar diperkenankan untuk mengendong Alisha dipangkuannya. Disaat itu, saya bersama istri sempat mencium sayang Alisha yang terakhir ketika berada di pangkuan istri saya.
Beberapa saat menjelang ajal menjemput Alisha di Rg. Perina NICU Lt 3 RSCM Jakarta (Foto diambil, 9 November 2010, Jam 10.00 Wib)
Innalillahi wainna’ ilaihi raji’un., akhirnya pada 9 November 2010, jam 11.00 Wib Alisha kembali ke rahmatullah dengan tenang. Alisha telah dimakamkan pada 10 November 2010, Jam 9.00 Wib di perkuburan samping komplek BPTP, Jl. Mentok Km 4 Pangkalping Bangka Belitung. Kini semua penderitaan dan keceriaan Alisha telah tiada. Alisha telah pergi meninggalkan kita semua untuk selamanya… semoga semua kenangan kita bersama Alisha selama ini dapat memberikan banyak makna bagi kehidupan kita semua.
Demikian akhir perjuangan hidup Alisha yang dapat kami sampaikan. Ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah turut serta membantu memperjuangkan kesembuhan anak kami Alisha. Demikian pula kepada semua Facebookers Alisha (dengan akun: alisha.fiorenza@gmail.com), kami juga mengucapkan terima kasih atas dukungan dan doanya kepada Alisha dan kami sekeluarga.  Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberikan rahmat dan karuniaNya kepada kita semua. Amin

Jakarta, 11 November  2010
Penulis,




Hermanto & Henni Ridawati
 (ortu Alisha)
[ Read More ]